Ega
Alfi Nur Mufid
(1525010017)
Kecenderungan
menurunnya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan dalam lima tahun terakhir
semakin memprihatinkan. Sebelum bergulirnya reformasi, sistem pengelolaan
lingkungan sudah mulai efektif. Perubahan tatanan ekonomi, sosial dan politik
yang disertai dengan perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi
otonomi menimbulkan pelemahan ke pemerintahan termasuk dalam pelestarian lingkungan.
Pelemahan dalam sistem pengelolaan lingkungan menimbulkan pelanggaran
kaidah-kaidah dan peraturan pelestarian lingkungan, baik pada tingkat kebijakan
sampai dengan tingkat program dan kegiatan. Akibatnya adalah terjadinya
penurunan kualitas lingkungan yang sudah demikian parah sehingga menyebabkan
kualitas kehidupan mencapai pada tingkat yang membahayakan kehidupan manusia.
Merosotnya
kualitas lingkungan dan sumberdaya alam ini diikuti oleh peningkatan perubahan
lahan, khususnya dari hutan ke pertanian dan dari lahan pertanian ke
permukiman. Perubahan lahan yang tidak terkendali dan tidak diikuti dengan
konservasi tanah dari air telah menimbulkan lahan kritis. Selama ini,
monitoring dan evaluasi mengenai perkembangan degradasi hutan dan lahan belum
dilaksanakan secara berdayaguna, sehingga perkembangan luas lahan kritis baik
di dalam maupun di luar kawasan tidak terinventarisasi dengan baik.
Era
komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan
keputusan dan penyebaran informasi. Data yang merepresentasikan dunia nyata
dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam
bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan sesuai kebutuhan. Sesuai dengan
perkembangan teknologi, khususnya komputer grafik, basisdata, teknologi
informasi, dan teknologi satelit inderaja (penginderaan jauh/remote sensing),
maka kebutuhan mengenai penyimpanan, analisis, dan penyajian data yang
berstruktur kompleks dengan jumlah besar makin mendesak. Struktur data kompleks
tersebut mencakup baik jenis data spasial maupun atribut. Dengan demikian,
untuk mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang
secara terintegrasi mampu mengolah baik data spasial maupun data atribut ini
secara efektif dan efisien. Tidak itu saja, sistem inipun harus mampu menjawab
dengan baik pertanyaan spasial maupun atribut secara simultan. Dengan demikian,
diharapkan keberadaan suatu sistem informasi yang efisien dan mampu mengelola
data dengan struktur yang kompleks dan dengan jumlah yang besar ini dapat
membantu dalam proses pengambilan keputusan yang tepat. Salah satu sistem yang
menawarkan solusi-solusi untuk masalah ini adalah Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Dengan
memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) akan memudahkan dalam
melakukan analisis kebutuhan dan tindakan untuk rehabilitasi hutan dan lahan
daerah aliran sungai (DAS) yang berdayaguna dan berhasilguna, sehingga
kelemahan yang ada dalam pembuatan peta secara manual dapat dieliminir,
khususnya yang berhubungan dengan perkembangan pengolahan informasi, dan
reproduksi peta. Kelebihan lain dari data digital adalah proses
analisisanalisis peta lebih lanjut dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja dari para
pengambil kebijakan (policy maker) yang terkait dengan pengelolaan hutan dan
lahan.
Sistem
Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan suatu
sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan
menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).
Sistem ini mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,
dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi.
Komponen
utama GIS dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu perangkat keras, perangkat
lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Kombinasi empat komponen akan
menentukan kesuksesan pengembangan GIS dalam suatu organisasi. GIS berguna
sebagai alat bantu (tools), data lebih padat karena dalam bentuk digital,
kemampuan analisa spasial lebih cepat dan tipe analisa dapat dikembangkan,
pemakai mendapatkan informasi yang lebih akurat, cepat dan dapat memanipulasi
sesuai dengan spesifikasi.
Pendekatan
berbasis DAS telah dilakukan di banyak negara termasuk Indonesia dalam rangka
memecahkan permasalahan yang cukup kompleks dalam kaitan pengelolaan wilayah
dengan faktor kelestariannya. Pendekatan berbasis DAS dianggap mampu memberikan
arahan pengelolaan lingkungan yang berfokus pada publik dan swasta dalam
mengatasi permasalah pengelolaan lingkungan di wilayah tersebut. GIS sebagai
tools telah berkembang pesat, perkembangan teknologi memungkinkan GIS mampu
mengelola data yang kompleks dan kemudian berkembang sebagai alat analisis yang
sangat bermanfaat. GIS berkembang dalam pengelolaan DAS sebagai alat untuk
mengumpulkan dan management data spatial serta menampilkannya, menjadi suatu
alat dalam melakukan analisis dan modelling yang keluarannya sangat berguna
dalam pengambilan keputusan pengelolaan DAS. GIS dalam pengelolaan DAS dapat digunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan DAS.
Pendekatan
GIS berbasis partisipatif dalam rangka pengelolaan DAS juga telah dikembangkan
dibanyak wilayah. Menggabungkan teknis GIS dengan pengambilan data secara
partisipatif yang melibatkan banyak pihak memungkin suatu analisis spatial yang
sesuai dengan behaviour, kecenderungan dan polapola hidup pihakpihak yang ada
dalam wilayah DAS tersebut.
Tujuan :
1. Untuk
Mengetahui manfaat dari pengindraan jauh dan SIG (Sistem Informasi
Geografi).
2. Untuk
mengetahui keuntungan menggunakan sig
3. Untuk
mengetahui hasil teknologi penginderaan jauh
4. Untuk
Mengetahui Kegunaan SIG dalam Pengelolaan DAS
Secara
teknis GIS digunakan untuk:
- pengumpulan datadata spatial terkait DAS seperti data topografi, data geologi, data batasbatas administrasi, data penggunaan tanah, data aktifitas ekonomi dan livelihood di dalam wilayah DAS dan juga data citra satelit dan DTM.
- analisis dengan GIS dilakukan dengan menggunakan datadata spatial yang ada untuk menganalisis intensitas erosi, kesesuain lahan, dampak aktifitas manusia;
- modelling dilakukan dengan GIS untuk membuat perkiraanperkiraan berdasarkan perlakuan atau trend tertentu secara spatial. Modelling dengan GIS memungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan perkiraan yang terjadi.
Cara
Kerja SIG
SIG
dapat merepresentasikan realworld (dunia nyata) di atas monitor komputer
sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas.
Namun SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran peta
kertas. Peta merupakan representasi grafis dari dunia nyata, objekobjek yang
direpresentasikan di atas peta disebut unsur peta atau map features (contohnya
adalah sungai, kebun, jalan, dan lain-lain). Karena peta mengorganisasikan
unsur-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik dalam memperlihatkan
hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya.
SIG
menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut di
dalam basisdata. Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di dalam tabel-tabel
(relasional). Setelah itu, SIG menghubungkan unsur-unsur di atas dengan
tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikian, atribut-atribut ini dapat
diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta, dan sebaliknya unsur-unsur peta
juga dapat diakses melalui atribut-atributnya. Karena itu, unsur-unsur tersebut
dapat dicari dan ditemukan berdasarkan atribut-atributnya.
SIG
menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atributatributnya di dalam satuan-satuan
yang disebut layer. Contoh-contoh layer seperti bangunan, sungai, jalan,
batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan. Kumpulan-kumpulan dari
layer-layer ini akan membentuk basisdata SIG. Dengan demikian, perancangan
basisdata merupakan hal yang esensial di dalam SIG. Rancangan basisdata akan
menentukan efektifitas dan efisiensi proses-proses masukan, pengelolaan, dan
keluaran SIG (Eddy Prahasta, 2002)
Fungsi
Analisis
Kemampuan
SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya.
Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial
dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar
basisdata yang mencakup create database, drop database, create table, drop
table, record dan insert, field , seek, find, search, retrieve, edit, update,
delete, zap, pack, memmbuat indeks untuk setiap tabel basisdata, dan perluasan
operasi basisdata yang mencakup export dan import, structured query language,
dan operasioperasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di
dalam sistem basisdata. Fungsi analisis spasial terdiri dari reclassify,
overlay, dan buffering. (Eddy Prahasta, 2002).
Walaupun
produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan SIG yang
sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis. SIG dapat
mengolah dan mengelola data dengan volume yang besar. Dengan demikian,
pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data tersebut dan bagaimana
menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam SIG.
Salah
satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah integrasi data
dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang memadukan layers
data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data secara matematis dengan
melakukan operasi-operasi terhadap atributatribut tertentu dari datanya (Eddy
Prahasta, 2002).
Perangkat
Lunak ArcView GIS 3.2.
ArcView
merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan
pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental System Research
Institute, Inc.). Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan
untuk melakukan visualisasi, mengexplore, menjawab query (baik basisdata
spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geografis, dan
sebagainya. Kemampuan perangkat SIG ArcView secara umum dapat dijabarkan
sebagai berikut (Eddy Prahasta, 2002) :
- Pertukaran data : membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya.
- Melakukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis.
- Menampilkan informasi (basisdata) spasial maupun atribut.
- Menjawab query spasial maupun atribut.
- Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG.
- Membuat peta tematik.
- Meng-customize aplikasi dengan menggunakan bahasa skrip.
- Melakukan fungsi-fungsi SIG khusus lainnya (dengan menggunakan extension yang ditujukan untuk mendukung penggunaan perangkat lunak SIG ArcView)
Pengaplikasian
ArcView GIS 3.2
Input
data dengan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.2. pada umumnya
menggunakan digitasi layar. Namun dapat juga dengan digitasi meja atau dengan
GPS, tetapi data-data yang dihasilkan harus dikonversikan lagi ke dalam format
shape file, agar dapat dilakukan pemrosesan selanjutnya. Poses dalam digitasi
layar.
Gambar1. Tampilan window Add Theme |
keterangan: 1. Jenis data ada dua : Feature Data Source untuk data vektor (contoh : hasil digit) dan image Data Source untuk data raster (contoh : hasil scan).
2. Lokasi drive
3 Nama folder
4. Nama file
Memulai digitasi, pilih View–New Theme,
dilayar akan tampil seperti pada Gambar 2
Gambar
2. Tampilan theme hasil scan.
|
a. Dipilih jenis visualisasi sesuai obyek yang akan
di-digit. Misal : point untuk kantor, line untuk jalan, polygon untuk
penggunaan lahan.
Gambar 3. Tampilan window pilihan jenis obyek. |
b. Nama file diberikan lalu disimpan.
c. Berikut ikon-ikon yang digunakan untuk men-digit :
d. Setelah selesai men-digit, peng-edit-an dihentikan
lalu disimpan, dipilih Theme – Stop editing. Stop Editing bertujuan untuk
menjaga hasil digit/hasil edit-an agar tidak berubah. untuk mengubah/meng-edit
kembali dipilih Theme – Start Editing.
2. Pemrosesan (processing)
Data-data
peta yang ada sudah merupakan peta digital, di-overlay. Overlay merupakan
proses yang menyatukan antara dua buah peta digital dalam bentuk grafis dan
koordinat yang sama, yang akan menghasilkan sebuah peta digital dengan data
spasial (grafis) dan data atribut-nya (tabel) yang merupakan penggabungan
antara kedua peta digital yang telah di-overlay-kan tersebut. Langkah-langkah
melakukan overlay.
a. Langkah pertama, yaitu dua peta digital dalam satu
view ditampilkan dan diaktifkan, seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tampilan theme dalam view. |
b. Untuk mengatur properties, pilih View–Properties,
lalu ditentukan Map Units dan Distance units dalam meter.
c. Untuk melakukan proses overlay, terlebih dahulu
extension Geoprocessing diaktifkan, dipilih File – Extensions, dicentang pada Geoprocessing.
d. Kemudian dipilih View–GeoProcessing Wizard, lalu
pada window GeoProcessing dipilih union two themes untuk meng-overlay dua
peta dalam format polygon. Kemudian
dipilih dua peta yang akan di-overlay, lalu ditentukan direktory dimana file
hasil overlay akan disimpan. file disimpan sesuai nama yang dikehendaki (misal
: Overlay 1), setelah itu Finish diklik untuk melanjutkan proses overlay. Lalu
dalam view, otomatis akan muncul theme hasil overlay (di atas theme yang
di-overlay).
e. Selanjutnya overlay dilakukan antara peta hasil
‘Overlay 1’ dengan peta yang lain, begitu selanjutnya hingga seluruh peta sudah
di-overlay dan menghasilkan peta hasil overlay yang didalamnya mengandung data
spasial (grafis) dan data atribut
(tabel) dari semua peta yang di-overlay.
Gambar 5. Tampilan proses overlay. |
Untuk
menampilkan dan memanipulasi data-data tabuler dari peta-peta digital yang
telah diperoleh.dipilih Theme – Table.
Gambar 6. Tampilan Theme - Table. |
Selanjutnya dalam window akan ditampilkan data-data tabuler dari peta digital tersebut, seperti terlihat pada Gambar 7.
Penyajian
data dapat berupa softcopy dan hardcopy. Data yang berupa softcopy yaitu peta
digital dan tabel, sedangkan data hardcopy berupa peta dan dapat berupa tabel
hasil cetakan printer atau plotter, namun dalam hal ini penulis hanya
melampirkan tabel peta batas administrasi, tabel peta tanah dan tabel peta
lereng. Berikut akan dijelaskan proses
penyajian data, yaitu :
a. Untuk menghasilkan sebuah peta hardcopy terlebih
dahulu theme peta dalam view yang aktif ditampilkan dalam window layout. Dipilih View – Layout, lalu dipilih template
yang diinginkan untuk penyajian peta. Dalam window layout secara otomatis akan
memunculkan peta tersebut.
b. Untuk
menentukan skala peta
yang akan ditampilkan, dipilih Graphics properties…. pada View
dipilih view yang akan di- layout, pada Scale dipilih User Specified Scale,
lalu skalanya ditentukan, kemudian tombol OK diklik.
c. Untuk mengatur ukuran, dipilih Graphics – Size and
Position, yang terlebih dahulu graphic- nya di-select.
d. Untuk mengubah satuan ukuran yang dipakai, dipilih
Layout – Page Setup…, lalu dipilih centimeter untuk satuan Units-nya.
e. Untuk mengatur ukuran, dipilih Graphics – Size and Position,
yang terlebih dahulu graphic- nya di-select.
f. Untuk mengubah satuan ukuran yang dipakai, dipilih
Layout – Page Setup…, lalu dipilih centimeter untuk satuan Units-nya.
g. Untuk memberikan grid pada petanya, extension
Graticules and Measured Grid diaktifkan, dipilih File – Extensions, dicentang
pada Graticules and Measured Grid.
Gambar 7. Tampilan window Tabel Peta Administrasi |
Penyajian
data dapat berupa softcopy dan hardcopy. Data yang berupa softcopy yaitu peta
digital dan tabel, sedangkan data hardcopy berupa peta dan dapat berupa tabel
hasil cetakan printer atau plotter, namun dalam hal ini penulis hanya
melampirkan tabel peta batas administrasi, tabel peta tanah dan tabel peta
lereng. Berikut akan dijelaskan proses
penyajian data, yaitu :
a. Untuk menghasilkan sebuah peta hardcopy terlebih
dahulu theme peta dalam view yang aktif ditampilkan dalam window layout. Dipilih View – Layout, lalu dipilih template
yang diinginkan untuk penyajian peta. Dalam window layout secara otomatis akan
memunculkan peta tersebut.
b. Untuk
menentukan skala peta
yang akan ditampilkan, dipilih Graphics – properties…., pada View
dipilih view yang akan di- layout, pada Scale dipilih User specified Scale,
lalu skalanya ditentukan, kemudian tombol OK diklik.
c. Untuk mengatur ukuran, dipilih Graphics – Size and
Position, yang terlebih dahulu graphic- nya di-select.
d. Untuk mengubah satuan ukuran yang dipakai, dipilih
Layout – Page Setup…, lalu dipilih centimeter untuk satuan Units-nya.
e. Untuk mengatur ukuran, dipilih Graphics – Size and
Position, yang terlebih dahulu graphic- nya di-select.
f Untuk mengubah satuan ukuran yang dipakai, dipilih
Layout – Page Setup…, lalu dipilih centimeter untuk satuan Units-nya.
g. Untuk memberikan grid pada petanya, extension
Graticules and Measured Grid diaktifkan, dipilih File – Extensions, dicentang
pada Graticules and Measured Grid.
DAFTAR PUSTAKA
Edy.H, Vickey.I.2007. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam
Pemetaan Batas Administrasi, Tanah, Geologi,
Penggunaan Lahan, Lereng, Daerah Istimewa Yogyakarta
Dan Daerah Aliran Sungai Di Jawa Tengah Menggunakan Software Arcview Gis. Majalah
Ilmiah Ukrim . Yogyakarta
Musnanda,S. 2011. Aplikasi
GIS dalam Pengelolaan DAS. dalam https://musnanda.com/2011/05/22/aplikasigisdalampengelolaandas/ . Diakses pada
tanggal 11 Mei 2017
Prahasta, Eddy, 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem
Informasi Geografis. CV Informatika, Bandung.
Prahasta, Eddy, 2002. Sistem Informasi Geografis :
Tutorial ArcView. CV Informatika, Bandung.
Syafraufgisqu.2013. Analisis DAS: Apa, Bagaimana,
Faktorfaktor & Aplikasi. Dalam https://syafraufgisqu.wordpress.com/2013/09/30/analisisdasapabagaimana faktor faktoraplikasi/.
Diakses pada tanggal 11 Mei 2017
1 komentar:
Terima kasih gan atas penjelasannya sangat detai sekali tentang GIS dan sangat mudah dipahami.
jangan lupa kunjungi website saya https://zuhri.mahasiswa.atmaluhur.ac.id
website kampus saya https://www.atmaluhur.ac.id